Lembaran Pengesahan
PENENTUAN
MASSA MOLEKUL
DARI SUATU ZAT CAIR
Oleh:
Kelompok I
Darussalam,
23 November 2018
Mengetahui,
(Asisten)
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan dengan judul “Penentuan Massa Molekul dari Suatu Zat Cair”
yang bertujuan untuk menghitung massa molar dari metanol dan membandingkan
hasil hubungan dari sifat gas nyata dan gas ideal. Prinsip yang digunakan pada
percobaan ini yaitu analisa kuantitatif. Hasil yang diperoleh yaitu gas ideal
sebesar 1951,61 g/mol dan gas nyata sebesar 1935,16 g/mol. Kesimpulan dari
percobaan ini adalah massa molar gas ideal lebih besar daripada gas nyata dan
massa molar yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil
berupa atom, molekul atau ion. Zat yang berada di permukaan bumi memiliki sifat
yang berbeda-beda baik dari segi fisika maupun dari segi kimianya. Sifat fisika
yang dimiliki dapat dilihat dari bentuk atau wujud dari benda, yang berupa
cairan, padatan dan gas. Zat fisika tidak dapat berubah menjadi zat baru,
sedangkan zat kimia dapat mengalami perubahan menjadi zat baru. Secara
kimianya, massa berat dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan wujudnya yaitu
zat padat, zat cair dan zat gas (Bresnick, 2002).
Keadaan gas yaitu keadaan yang paling sederhana
untuk dipahami dari padatan dan cairan. Gas terdiri dari partikel-partikel yang
disebut molekul. Molekul-molekul gas bergerak dalam lintasan lurus dengan laju
konstan dan gerakannya yang acak. Molekul-molekul ini selalu bertabrakan dengan
molekul-molekul yang lain dengan dinding bejana. Tabrakan terhadap dinding
tabung yang menyebabkan timbulnya tekanan. Gas terbagi menjadi dua, yaitu gas
ideal dan gas nyata. Gas ideal didefinisikan sebagai salah satu di mana semua
tumbukan antara atom atau molekul bersifat elastis. Suatu gas dapat dikatakan
ideal jika berada pada keadaan tertentu, seperti tidak ada gaya tarik menarik
antar molekulnya (Achmadi, 2004).
Massa molekul suatu zat merupakan jumlah massa atom
unsur-unsur penyusunnya. Penentuan massa molekul paling lazim dilakukan dengan
konsep mol dimana massa molekulnya dapat diketahui dengan mengalikan mol zat
dengan beratnya. Tetapi metode penentuan massa molekul dapat pula dihitung
dengan menggunakan persamaan gas ideal, yaitu dimulai dengan menghitung
kerapatan dari zat yang akan dihitung massa molekulnya. Volume dari gas dapat
diabaikan serta tidak ada perubahan energi dalam (Syukri, 1999). Berdasarkan
hal tersebut, massa molekul dapat ditentukan dengan melakukan percobaan dari
suatu zat cair dan membandingkan hasil hubungan dari sifat gas nyata dan gas
ideal untuk membuktikan teori gas ideal dan gas nyata.
1.2.
Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan
percobaan ini adalah untuk menghitung massa molar dari metanol serta membandingkan hasil hubungan dari
sifat gas nyata dan gas ideal.
1.3.
Manfaat Percobaan
Manfaat dilakukan percobaan ini adalah agar praktikan
dapat mengetahui perbedaan dari sifat-sifat dari gas ideal dan gas nyata, serta
praktikan mampu menghitung massa molar dari suatu zat cair.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Zat dapat dibedakan atas tiga macam yaitu zat padat,
zat cair dan gas. Setiap zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil yang
dapat berupa atom, molekul maupun ion. Zat yang mula-mula dihasilkan dalam
keadaan gas dapat dengan cepat mengembun dalam bentuk cair. Perubahan energi
yang menyertai suatu reaksi kimia bergantung pada keadaan pereaksi dan hasil
reaksi. Contohnya pada pembakaran metana sebagai penyusun utama gas
alam untuk menghasilkan karbon dioksida dan air. Banyak energi yang dibebaskan
berbentuk uap dan berbentuk cairan (Achmadi,
2004).
Gas terdiri dari atas
molekul-molekul yang bergerak ke segala arah dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang
lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang
menyebabkan adanya tekanan. Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila
dibandingkan dengan volume yang ditempati oleh gas tersebut sehingga terdapat
banyak ruang kosong antara molekul-molekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas
mempunyai rapatan yang lebih kecil daripada cairan atau padatan (Sukardjo,
1990).
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak
kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua
substansi mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus
dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus
spesifik. Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan
air. Zat yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung
dan zat yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam
air dengan jalan yang sama. Kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara.
Gas yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara dan gas
yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) akan turun dalam udara (Stoker,
1993).
Massa molekul suatu zat merupakan jumlah massa atom
unsur-unsur penyusunnya. Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan massa
atom relatif unsur penyusun molekul tersebut. Massa molekul dapat diukur dengan
berbagai cara seperti, pengukuran untuk suatu zat yang mudah menguap dapat dilakukan dengan
menurunkan persamaan gas ideal dengan menentukan terlebih dahulu massa jenis,
tekanan, dan suhu suatu zat. Penentuan massa molekul yang paling lazim
dilakukan dengan konsep mol dimana massa molekul dapat diketahui dengan
mengalikan mol zat dengan beratnya. Metode penentuan massa molekul dapat pula
dihitung dengan menggunakan persamaan gas ideal yaitu dimulai dengan menghitung
kerapatan dari zat yang akan dihitung massa molekulnya (Syukri, 1999).
Molekul-molekul gas dalam suatu ruangan yang dibatasi
dinding bergerak ke segala arah dengan tidak beraturan. Tabrakan molekul ke
dinding ruangan tersebut terjadi secara terus menerus yang menimbulkan efek
tekanan gas di dalam ruangan tersebut. Semakin tinggi suhu gas maka
akan semakin besar kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum tumbukan
akan semakin besar pula.
Hubungan antara besaran tekanan (P), suhu (T) dan volume (V) dikenal dengan persamaan
gas ideal. Suatu gas dengan jumlah mol (n) dihubungkan dengan ketiga besaran
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut PV
= nRT, dimana R adalah
konstan gas umum dengan nilai sebesar 8,314 J/mol.K (Krisdayanto
dkk., 2011).
Persamaan gas ideal merupakan gabungan dari Hukum
Boyle, Gay Lussac dan Avogadro. Hukum Boyle menyatakan bahwa volume suatu gas
dalam tekanan konstan berbanding terbalik dengan tekanan. Hukum Gay Lussac
menyatakan volume suatu gas dalam tekanan konstan sebanding dengan suhu
absolutnya. Hukum Avogadro menyatakan bahwa banyaknya volume suatu gas dalam
tekanan konstan sama banyaknya dengan jumlah partikel molnya. Sifat-sifat gas
ideal antara lain yaitu molekul-molekul gas merupakan materi bermassa yang
dianggap tidak memiliki volume, gaya tarik menarik atau tolak menolak antar
molekul dianggap nol (Respati, 1992).
Gas ideal terdiri dari molekul-molekul yang sangat
banyak jumlahnya. Molekul-molekulnya memenuhi Hukum Newton tentang gerak.
Sebuah molekul bergerak secara acak dengan kecepatan tetap dalam ruang tiga
dimensi,
sebuah molekul bergerak
kearah sumbu X, Y dan Z. Molekul gas tidak seluruhnya bergerak dengan kecepatan
yang sama tetapi, molekulnya tersebar secara merata dalam ruang sempit. Tidak
ada gaya tarik menarik dan tolak menolak antar molekul, yang ada hanya gaya
tumbukan. Tumbukan antar molekul adalah tumbukan lenting sempurna. Gas
ideal tidak terdapat dalam keadaan nyata, namun gas mendekati keadaan ideal
jika tekanan sangat rendah dan suhunya tidak dekat dengan titik cair gas (Mujriati, 2010).
Bobot molekul suatu zat adalah jumlah bobot dari atom-atom
yang ditunjukkan dalam rumusnya. Penggunaan istilah ‘bobot molekul suatu zat’
tidak berarti bahwa zat tertentu itu terdiri dari molekul-molekul. Istilah
molekul merujuk ke suatu partikel netral, tetapi banyak zat yang terbuat dari
partikel bermuatan yang disebut ion. Beberapa ahli kimia menggunakan istilah
bobot rumus untuk merujuk jumlah bobot atom yang tertunjuk dalam rumus suatu
zat dan menggunakan istilah bobot molekul untuk merujuk zat-zat yang terdiri
dari molekul. Definisi yang lebih umum mengenai istilah bobot molekul diterima
dengan luas karena memungkinkan penggunaan suatu konsep yang dikenal dalam
semua kasus, tanpa memaksa pemakai istilah itu mencari terlebih dahulu partikel
macam apa yang dikandung oleh zat tertentu itu (Keenan, 1980).
Penentuan berat molekul
dari senyawa volatil dapat diukur dengan menggunakan alat Viktor Meyer. Alat
Viktor Meyer diciptakan oleh seorang
ilmuan kimia yang berkebangsaan Jerman pada tahun 1848-1897. Alat
tersebut digunakan untuk menentukan rapat uap zat cair atau zat padat yang
mudah menguap. Cara kerja alat tersebut yaitu sejumlah sampel yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil dan ditutup. Tabung reaksi
kecil tersebut dimasukkan ke dasar tabung yang panjang yang dikelilingi oleh
suhu tetap dengan suhu di atas titik didih sampel. Tabung panjang tersebut
kemudian ditutup. Sampel tersebut kemudian menguap dan uapnya menekan udara
dalam tabung ke pipa samping menuju ke dalam tabung pengumpulan yang berskala.
Volume uap sampel kemudian dapat diukur (Hadiat, 1996).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah H-base-PASS-, support rod, right angle
clamp, universal clamp, glass jacket, gas syringe, thermometer, weather
monitor, rubber caps, syringe, cannula, set of precision balance Sartorius
CPA623S and measure software, beads, rubber tubing, glass funnel, glass beaker, heating apparatu, dan power
regulator.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metanol dan air.
3.2. Konstanta
Fisik dan Tinjauan Keamanan
Tabel 3.1.
Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No.
|
Bahan
|
Berat Molekul (g/mol)
|
Titik Didih
(°C)
|
Titik Leleh (°C)
|
Tinjauan Keamanan
|
1.
|
Metanol
|
32,04
|
64,7
|
-87,6
|
Mudah
Terbakar
|
2.
|
Akuades
|
18
|
100
|
0
|
Aman
|
3.3. Cost Unit
Tabel 3.2.
Cost unit
No.
|
Bahan
|
Harga
/ Satuan
|
Jumlah
Pemakaian
|
Harga
Pemakaian
|
1.
|
Metanol
|
Rp. 1.400/mL
|
1 mL
|
Rp. 1.400
|
2.
|
Akuades
|
Rp. 14.000/L
|
1 L
|
Rp. 14.000
|
Total Harga
|
Rp. 15.400
|
3.4. Cara Kerja
Alat
dipasang seperti pada gambar. Kemudian gas syringe
100 mL dipasang ke dalam glass jacket
dan didorong penghisap untuk mengeringkan dan membersihkan kaca syringe hingga ke garis 5 mL. Ujung
tabung kapilari ditutup dari glass
syringe dengan menarik keluar glass
jacket menggunakan rubber cup.
Penyemprotan dilakukan hingga penuh ke dalam glass jacket sehingga rubber
cup langsung mencapai batas koneksi ujung glass jacket untuk menghindari dinginnya permukaan tabung kapilari.
Ujung glass jacket tertahan di dalam
batang, ditarik hingga 1 cm di atas gas syringe
dengan air distilled dan mendidih. Potongan
pipa silikon diambil untuk mengoreksi pipa air dari ujung pipa air hingga air
yang menguap dapat ditampung ke dalam gelas kimia. Termometer diletakkan ke dalam
pipa yang kosong. Pemanas dihidupkan dan diatur power irregulator hingga air menjadi panas. Pengukuran dilakukan
dengan menghitung banyaknya larutan yang dimasukkan ke dalam tempat
penyemprotan tanpa gelembung saat air mencapai temperatur konstan. Cannula luar dibersihkan dengan tisu dan
dihitung berat total syringe dengan cannula dan zat kimia dengan keakuratan
1 mg. Zat kimia diinjeksi ke dalam syringe dengan cepat. Seluruh substansi dipastikan penuh dengan
silinder dari gas syringe dan tidak
tersisa dalam tabung kapilari. Injeksi syringe
dibiarkan tertusuk pada rubber cup
hingga volume penguapan terjadi perubahan besar. Tekanan dipastikan seimbang
antara syringe dan tekanan atmosfer. Volume
hasil penguapan liquid dibaca. Berat
kosong syringe ditimbang kembali dan
dihitung massa substansi. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali untuk
masing-masing liquid. Rubber cup dicabut dari gas syringe dan dibilas syringe menggunakan udara dengan mendorong penyedot ke dalam dan
keluar beberapa kali.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan
Massa
Molekul (g)
|
Suhu
(°C)
|
Volume
(mL)
|
M1
= 6,485
M2
= 7,408
Massa Molekul
= M2 - M1
7,408 –
6,485 = 0,923
|
88
|
14
|
4.2. Pembahasan
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat
berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau
tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimanpun besar dan bentuknya. Untuk
memudahkan mempelajari sifat gas ini, gas dibagi menjadi dua yaitu gas ideal
dan gas nyata. Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari
partikel-partikel titik yang bergerak secara acak dan tidak saling
berinteraksi. Gas ideal memiliki sifat tidak ada gaya tarik menarik diantara
molekul-molekulnya. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan. Tidak
ada perubahan energi dalam pada pengembangan dan dapat ditulis dalam persamaan
PV = nRT. Persamaan gas ideal bersama massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatil, dalam hal ini gas ideal mempunyai
sifat sederhana yang sama di bawah kondisi yang sama, karena pada gas ideal
gaya antar molekul gas dapat diabaikan, sehingga molekul-molekul gas dianggap
sebagai partikel titik.
Gas nyata adalah kebalikan dari gas
ideal. Gas nyata menjelaskan karakteristik yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum
gas ideal. Gas nyata berperilaku sebagai gas ideal pada tekanan rendah dan suhu
tinggi dengan tidak menggunakan persamaan PV = nRT. Gas nyata tidak memenuhi
persamaan gas umum dan gas lainnya di semua kondisi suhu dan tekanan. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul
gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan
tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan massa molekul suatu
zar cair. Metode penguapan digunakan untuk menentukan massa molekul dari suatu
zat cair. Metanol adalah zat cair yang akan diukur massa molarnya pada
percobaan ini karena metanol bersifat mudah menguap. Metanol yang digunakan
pada percobaan ini sebanyak 0,923 gram. Kemudian, syringe diperhatikan agar tidak terdapat gelembung pada saat
metanol terisi didalamnya, karena dapat menyebabkan suhu semakin tinggi dan
mempengaruhi metanol. Pemanas dihidupkan dan diatur power irregulator hingga air menjadi panas. Metanol diinjeksikan ke
dalam alat dan dipanaskan sampai batas teori titik didih yang telah ada
sebelumnya, sambil diamati pergeseran pada pipa. Pipa yang bergeser menunjukkan
volume yang bertambah. Pipa dipanaskan dengan air sebagai lingkungan dan
metanol sebagai sistem. Air yang dipanaskan mengeluarkan uap air berupa oksigen
yang dapat menghambat panas sehingga magnet yang ada di dalam zat digeser untuk
menghomogenkan uap air dengan air dan tidak menghambat panas. Untuk membuat
kesetimbangan antara tekanan atmosfer dengan tekanan zat cair, maka pipa akan
tergeser atau terdorong keluar agar tekanan zat cair tidak membesar dan dapat
menyebabkan ledakan.
Massa syringe yang
digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 6,485 gram dan massa syringe dan metanol adalah sebesar 7,408
gram. Sehingga diperoleh massa molekul atau massa metanol sebesar 0,923 gram. Secara
teoritis metanol menguap pada suhu 64,7 °C , sedangkan pada percobaan yang
dilakukan metanol menguap pada suhu 88 °C dan massa substansi yang diperoleh
sebesar 14 mL. Secara teoritis, massa molar metanol dalam keadaan ideal adalah
32,5 g/mol, sedangkan massa molar metanol dalam keadaan nyata adalah 32,2
g/mol. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh massa molar metanol
secara ideal adalah 1951,61 g/mol, sedangkan massa molar metanol secara nyata adalah
sebesar `1935,16 g/mol. Hal ini menunjukkan bahwa massa gas ideal yang
diperoleh lebih besar daripada massa gas nyata.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh kesimpulan :
1.
Gas nyata yang diperoleh
adalah 1935,16 g/mol.
2.
Gas ideal yang diperoleh
adalah 1951,61 g/mol.
3.
Massa molar gas
ideal lebih besar daripada gas nyata.
5.2. Saran
Saran untuk
percobaan ini adalah diharapkan untuk kedepannya alat seperti syringe yang digunakan layak pakai dan
tidak bocor dan bahan yang digunakan dijaga dengan baik agar tidak
terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S.
2004. Kimia Dasar. Terjemahan dari
General Chemistry oleh Raymond Chang. Erlangga, Jakarta.
Bresnick,
S. 2002. Intisari Kimia Umum. Terjemahan
dari Introduction to Chemical Principles, oleh Lies Wibisono. Hipokrates,
Jakarta.
Hadiat. 1996. Kamus Pengetahuan Alam untuk Umum dan Pelajar. Balai
Pustaka, Jakarta.
Keenan, C. W. 1980. Ilmu
Kimia Untuk Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry, oleh
Alaosius Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga, Jakarta.
Krisdayanto,
D., Purwanto, A. dan Sumarna. 2011. Profil
Perubahan Tekanan Gas terhadap Suhu pada Volume Tetap. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Penerapan. 2(1): 207-209.
Mujriati, A.
2010. Simulasi Tumbukan Partikel Gas Ideal dengan Model Cellular Automata Dua
Dimensi. Jurnal Penelitian. 2(2):
134-140.
Respati. 1992. Dasar–dasar Ilmu Kimia untuk Universitas.
Rineka Cipta, Yogyakarta.
Stoker,
H. S. 1993. Pengantar Prinsip-prinsip
Kimia. Terjemahan dari Introduction to Chemical Principles, oleh Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga, Jakarta.
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta, Yogyakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
LAMPIRAN
Diketahui : m1 = 6,485 gram
m2 = 7,408 gram
m = m2 – m1 = 7,408
gram - 6,485 gram = 0,923 gram
R = 0,082 L.atm/mol.K
T = 361 K
P = 1 atm
V = 0,014 L
Ditanya : Massa molar
gas ideal dan gas nyata?
Penyelesaian :
Gas
Ideal
M =

=

=
= 1951,61 g/mol

Gas
Nyata
M =
+ 


=
1951,61 + 

=
1951,61 + 

=
1951,61 + 

=
1951,61 + 

=
1951,61 – 16,449
=
1935,16 g/mol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar