ABSTRAK
Telah dilakukan
percobaan dengan judul “Oksidasi dan Eliminasi Alkohol” yang bertujuan untuk
menentukan sifat-sifat reaksi oksidasi dan eliminasi dari alkohol primer,
sekunder dan tersier. Prinsip dari percobaan ini adalah analisa kualitatif. Hasil
yang diperoleh adalah pada oksidasi alkohol primer yang ditandai dengan adanya bau
asam, sedangkan oksidasi alkohol sekunder ditandi dengan terbentuknya dua
lapisan pada larutan. Eliminasi alkohol sekunder ditandai dengan perubahan
warna. Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah percobaan yang
dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari oksidasi dan eliminasi alkohol.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alkohol
merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat digunakan
sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Alkohol digunakan
sebagai reagensia dan pelarut dalam laboratorium atau industri. Alkohol adalah
senyawa yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon.
Sifat fisis alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan
alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Rumus umum alkohol adalah R-OH,
dimana R dalah suatu alkil baik alifatik maupun siklik (Sumardjo, 2008).
Reaksi-reaksi
yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi dan
reaksi oksidasi. Suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin
rendah kelarutannya, bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan
sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyak gugus hidroksil dapat memperbesar
kelarutan dalam air. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau
asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja,
sedangkan alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa. Larutan asam
alkohol mengalami dehidrasi demi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi
(Suminar, 1990).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi oksidasi adalah kondisi reaksi, perbandingan mol
rekatan dan oksidator serta waktu dan suhu reaksi. Rowlands menjelaskan dalam
reaksi oksidasi alkohol dengan Piridinium Klorokromat (PCC) sebagai oksidator
memerlukan kondisi reaksi bebas air karena dapat menyebabkan terjadinya
oksidasi berlanjut menjadi asam karboksilat. Sehingga pelarut yang biasa
digunakan adalah pelarut organik. Suhu dan waktu reaksi juga mempengaruhi
jumlah. Produk yang dihasilkan dengan memperpanjang waktu reaksi dan mengatur
suhu reaksi. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan akan semakin bagus (Ngadiwiyana,
2007). Untuk mengetahui sifat-sifat reaksi oksidasi dan eliminasi dari alkohol
primer, sekunder dan tersier maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan sifat-sifat reaksi oksidasi dan eliminasi
dari alkohol primer, sekunder dan tersier.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah
suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan
atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. Senyawa
karbon awalnya secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan sistem
kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak
mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan
senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat
dengan cara menguapkan garan ammonium sianat (NH4SCN) yang merupakan
senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Riswiyanto, 2010).
Alkohol merupakan senyawa
organik yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH). Alkohol dapat
dikelompokkan berdasarkan pada banyaknya atom karbon yang terikat pada atom
hidrogen yang mempunyai gugus –OH, jika satu atom karbon yang terikat pada atom
hidrogen maka disebut alkohol primer, jika dua atom karbon yang terikat pada
atom hidrogen disebut alkohol sekunder dan jika terikat tiga karbon maka
disebut alkohol tersier. Pemberian nama alkohol menurut IUPAC ialah dengan cara
menukar akhiran –ana menjadi –anol. Alkohol yang paling sederhana adalah
metanol (CH3OH) yang dibuat dari gas sintesis. Alkohol yang lebih tinggi
adalah etanol (CH3CH2OH) dapat dibuat dari fermentasi
gula. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi,
reaksi eliminasi dan reaksi oksidasi. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi
menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi
menjadi keton saja, sedangkan alkohol tersier menolak dioksidasi dengan larutan
basa. Dalam larutan asam alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang
kemudian dioksidasi. Suatu alkohol semakin panjang rantai hidrokarbon maka
semakin rendah kelarutannya, bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob dapat
mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil (Petrucci, 1985).
Alkohol (ROH) begitu erat berhubungan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga orang sangat mengenal istilah ini. Alkohol adalah kelompok senyawa
organik yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu
senyawa alkana. Alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai
karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol
sekunder dan alkohol tersier. Alkohol memiliki sifat fisik yaitu berbobot
molekul rendah, memiliki titik didih sekitar 78,37 °C, larutan yang tidak
berwarna dan larut dalam air. Kelarutan dalam air berlangsung disebabkan oleh
ikatan hidrogen antara alkohol dan air, semakin panjang bagian hidrokarbon
suatu alkohol maka semakin rendah kelarutan alkohol dalam air karena selain
bersifat hidrofil alkohol juga bersifat hidrofob yaitu menolak molekul-molekul
air (Fessenden, 1986).
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti
oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol yaitu mempunyai titik
didih yang tinggi dibandingkan alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini
disebabkan karena antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum
alkohol R-OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatik maupun siklik. Metanol,
etanol, propanol mudah larut dalam air sedangkan butanol yang hanya sedikit
larut air. Alkohol semakin banyak cabang maka semakin rendah titik didihnya.
Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan (Brady, 1999).
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi
oleh ikatan hidrogen. Rantai yang semakin panjang maka pengaruh gugus hidroksil
yang polar terhadap sifat molekul semakin menurun. Sifat molekul yang seperti
air berkurang dan sebaliknya sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya
alkohol dengan bobot molekul rendah cenderung larut dalam air sedangkan akohol
berbobot molekul tinggi tidak demikian. Fenol merupakan sebagai suatu kelompok
senyawa alkohol yang memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi,
tergantung pada sifat subtituen yang menempel pada cincin benzena (Mardzuki,
1990).
Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya
maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik didih maupun kelarutan
alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi oleh ikatan hidrogen,
kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya
cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon seperti air,
alkohol adalah asam atau basa sangat lemah. Keasaman alkohol dalam keadaan
murni jauh lebih lemah daripada air. Hal ini disebabkan karena alkohol
mempunyai tetapan elektrik yang rendah. Fenol merupakan asam yang jauh lebih
kuat daripada alkohol. Hal ini disebabkan oleh resonansi dengan muatan negatif
yang disebar atau delokalisasi oleh cincin aromatik (Rasyid, 1989).
Minyak cengkeh mengandung komponen utama yaitu eugenol dan
kariofilena. Dua senyawa turunan eugenol yang banyak dimanfaatkan adalah
metileugenol dan metilisoeugenol. Metileugenol dapat dibuat dari reaksi
metilasi senyawa eugenol dan dapat digunakan sebagai sex attractant dalam
jumlah sedikit. Metileugenol memiliki gugus allil yang dapat diubah menjadi
gugus alkohol. Oksidator-oksidator yang dapat digunakan untuk mengoksidasi
alkohol menjadi aldehid adalah reagen Jones
dan reagen Collins, tetapi penggunaan
reagen Jones pada proses oksidasi ini
akan sangat rawan karena sifatnya yang asam sehingga dapat mengoksidasi aldehid
menjadi asam karboksilat dalam kondisi oksidator berlebih sedangkan reagen Collins memiliki sifat yang higrokopis
dan membutuhkan jumlah oksidator yang banyak sehingga kurang efisien dari segi
proses. Oksidator lain yang juga dapat digunakan dalam reaksi oksidasi senyawa
alkohol menjadi aldehid adalah PCC karena tidak menyebabkan terjadinya oksidasi
lebih lanjut membentuk asam karboksilat (Ngadiwiyana, 2007).
Reaksi senyawa organik pada umumnya berlangsung relatif lambat
dibanding dengan reaksi-reaksi senyawa anorganik. Salah satu reaksi molekul
organik yaitu reaksi dehidrasi. Reaksi dehidrasi merupakan jenis reaksi
eliminasi yaitu pengurangan molekul air (H2O) dari suatu molekul
alkohol (mengandung gugus –OH) yang berdampingan dengan suatu Hα. Reaksi
dehidrasi sudah sangat umum dilakukan, namun untuk molekul besar dan multi
gugus fungsional seperti dehidrasi risinoleat maka dehidratornya harus spesifik
untuk mencegah berbagai reaksi samping dari dua gugus lain yaitu alkena (C=C)
dan triester. Dehidrasi risinoleat menghasilkan minyak jarak terdehidrasi (DCO
= Dehydrated Castor Oil) yaitu campuran antara linoleat (LA) dan linoleat
terkonjugasi (CLA) karena terdapat dua Hα terhadap alkohol. Risinoleat
mempunyai nama kimia 12-hidroksi-9-cis enoat (Sitorus, 2010).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
tabung reaksi, rak tabung dan pembakar gas atau lampu spiritus.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah etanol, sekunder butanol, kalium kromat, asam sulfat pekat dan air brom.
3.2. Konstanta
Fisik dan Tinjauan Keamanan
Tabel 3.1.
Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No.
|
Bahan
|
Berat Molekul (g/mol)
|
Titik Didih
(°C)
|
Titik Leleh (°C)
|
Tinjauan Keamanan
|
1.
|
C2H5OH
|
46,07
|
78,3
|
-114,5
|
Mudah Terbakar
|
2.
|
K2Cr2O7
|
197,2
|
968,3
|
243
|
Iritasi
|
3.
|
C4H9OH
|
74,12
|
117,7
|
-89,8
|
Iritasi
|
4.
|
H2SO4
|
98
|
335
|
-20
|
Korosif
|
5.
|
Br2
|
79,90
|
58,8
|
-7,2
|
Toksik
|
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Oksidasi Alkohol
a. Oksidasi alkohol primer
Etanol sebanyak 1 mL ditambahkan
dengan 1 mL kalium kromat dan ditambahkan lagi dengan 5 tetes asam sulfat pekat
melalui dinding tabung. Larutan dipanaskan dengan hati-hati dan diamati serta
dicatat hasil yang diperoleh.
a.
Oksidasi alkohol
sekunder
Butanol
sekunder sebanyak 1 mL ditambahkan dengan kalium kromat dan ditambahkan lagi
dengan 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Larutan dipanaskan
dengan hati-hati dan diamati serta dicatat hasil yang diperoleh.
3.3.2. Eliminasi Alkohol
a. Eliminasi alkohol sekunder
Sekunder butanol sebanyak 1 mL
ditambahkan dengan 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Larutan
dipanaskan dengan hati-hati. Hasil reaksi diuji dengan 10 tetes air brom. Hasil
yang diperoleh diamati dan dicatat.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Oksidasi Alkohol
a. Alkohol
primer
C2H5OH
+ K2Cr2O7 →
C2H5OH +
K2Cr2O7 + H2SO4 →
b. Alkohol
sekunder
C4H9OH +
K2Cr2O7 →
C4H9OH +
K2Cr2O7 + H2SO4 →
|
Larutan berwarna oren
Larutan berwarna biru toska dan
panas
Berbau asam
Terbentuk dua lapisan (berwarna
biru dongker dan oren)
Terbentuk dua lapisan (berwarna
biru dan putih) dan terjadi perubahan suhu
Terbentuk dua lapisan (berwarna
biru dan bening) dan berbau asam
|
2.
|
Eliminasi
Alkohol
b. Alkohol
sekunder
C4H9OH +
H2SO4 →
|
Terbentuk dua lapisan bening
dan terjadi perubahan suhu
Larutan berwarna kuning
Tetesan pertama terbentuk
larutan berwarna oren
Tetesan kesembilan terbentuk
larutan berwarna coklat kemerahan
|
4.2. Pembahasan
Alkohol
merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH).
Alkohol secara umum dilaboratorium dapat dioksidasi berdasarkan jenisnya.
Alkohol secara umum terbagi menjadi tiga jenis yaitu alkohol primer, alkohol
sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer adalah alkohol dengan gugus (-OH)
yang terikat pada atom C primer. Alkohol primer dioksidasi menjadi asam
karboksilat. Alkohol sekunder adalah alkohol dengan gugus (-OH) yang terikat
pada atom C sekunder. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Alkohol
tersier adalah alkohol dengan gugus (-OH) yang terikat pada atom C tersier.
Alkohol tersier tidak dapat direaksikan.
Percobaan pertama yaitu tentang
oksidasi alkohol. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami proses pelepasan
atom hidrogen dan penangkapan atom oksigen. Atom pusat mengikat dua atom
hidrogen pada alkohol primer. Oleh karena itu, sebelum menghasilkan asam
karboksilat akan terbentuk aldehid terlebih dahulu. Saat atom H lepas maka akan
terbentuk aldehid dan saat atom O masuk maka akan terbentuk asam karboksilat.
Aldehid yang terbentuk dalam proses reaksi ini disebut zat perantara. Zat
perantara adalah suatu zat yang terbentuk sebelum menghasilkan produk.
Percobaan oksidasi alkohol primer menggunakan sampel etanol, kalium kromat dan
asam sulfat pekat. Etanol dicampurkan dengan kalium kromat menghasilkan larutan
berwarna oren. Kemudian larutan ditambahkan dengan asam sulfat pekat
menghasilkan warna biru toska dan terjadinya perubahan suhu yang disebabkan
karena penambahan asam sulfat pekat. Setelah itu, larutan tersebut dipanaskan
sehingga menghasilkan bau asam.
Percobaan kedua yaitu oksidasi
alkohol sekunder. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton oleh zat
pengoksidasi standar (biasanya digunakan dalam kondisi asam) karena keton dapat
teroksidasi lanjut dalam suasana asam dan basa tidak dapat dioksidasi. Percobaan oksidasi alkohol sekunder
menggunakan sampel butanol sekunder, kalium kromat dan asam sulfat pekat.
Butanol sekunder ditambahkan dengan kalium kromat terbentuknya dua lapisan yang
berwarna biru dongker dan oren, dimana biru dongker berada di bagian atas dan
oren di bagian bawah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kepolaran.
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan asam sulfat pekat terbentuknya dua
lapisan berwarna biru dan putih, dimana biru dibawah dan putih diatas dan
terjadinya perubahan suhu. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan dan
menghasilkan bau. Penambahan kalium kromat pada setiap larutan alkohol di
percobaan ini berfungsi sebagai penambah warna sehingga terbentuk perubahan
warna yang menandai telah terjadinya reaksi kimia dan juga sebagai katalis
pengoksidasi. Asam sulfat yang ditambahkan juga berfungsi sebagai katalisator
yang mempercepat terjadinya reaksi, ikut bereaksi dan terbentuk kembali pada
akhir reaksi.
Percobaan selanjutnya yaitu
eliminasi alkohol sekunder. Reaksi eliminasi adalah reaksi pembentukan ikatan
rangkap dua atau gugus yang masing-masing pada dua buah atom C yang letaknya
berdampingan. Reaksi ini hanya dapat berlangsung
bila ada zat yang menarik molekul yang akan dieliminasi. Alkohol yang mengalami
reaksi eliminasi akan menghasilkan alkena. Saat terjadi reaksi eliminasi gugus
–OH akan putus dan membentuk air. Percobaan eliminasi alkohol sekunder
menggunakan sampel sekunder butanol, asam sulfat pekat dan air brom. Sebanyak
sekunder butanol ditambahkan dengan asam sulfat menghasilkan perubahan suhu dan
terbentuknya dua lapisan yang berwarna bening. Selanjutnya larutan tersebut
dipanaskan dan menghasilkan larutan berwarna kuning. Setelah dipanaskan,
larutan diuji dengan menggunakan air brom. Saat ditambahkan air brom, larutan
menjadi jenuh berwarna coklat kemerahan atau kembali kewarna asli dari air brom
dan terjadinya pemutusan ikatan rangkap. Air brom berfungsi untuk memutuskan
ikatan rangkap yang terbentuk pada alkohol dan sebagai indikator. Perubahan
warna terjadi karena adanya kekosongan elektron pada orbital d sehingga
elektron berpindah ke sub kulit yang lebih tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.
Percobaan oksidasi dan
eliminasi alkohol terjadi perubahan warna.
2.
Pembakaran pada oksidasi
alkohol primer dan alkohol sekunder menghasilkan bau asam.
3.
Pembakaran pada
percobaan eliminasi menghasilkan larutan berwarna kuning.
4.
Air brom
berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap yang terbentuk pada alkohol dan
sebagai indikator.
5.2. Saran
Saran untuk
percobaan ini adalah diharapkan agar praktikan lebih berhati-hati pada saat
pembakaran dan sebaiknya percobaan oksidasi alkohol tersier juga dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Terjemahan dari University Chemistry Principles and Structure, oleh Suprijono.
Binarupa aksara, Jakarta.
Fessenden, R. J. and Joan, S. F. 1986. Kimia Organik. Terjemahan
dari Organic Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga, Jakarta.
Mardzuki. 1990. Kimia Organik. Binarupa Aksara, Jakarta.
Ngadiwiyana, Ismiyarto, dan Ayu, R. K. I. 2007. Oksidasi
3-(3,4-Dimetoksifenil)-Propanol Menggunakan Oksidator Piridinium Klorokoromat
(PCC). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 10 (3): 1-6.
Petrucci, R. H. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Aplikasi Modern.
Terjemahan dari General Chemistry: Principles and Modern Application, oleh
Suminar Setiati Achmadi. Erlangga, Jakarta.
Rasyid, M. 1989. Kimia Organik. Badan Penerbit UNM,
Makassar.
Riswiyanto. 2010. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Sitorus, M., Ibrahim, S., Nurdin, H., dan Darwis D. 2010. Studi
Kinetika Dehidrasi Risinoleat Dari Minyak Jarak. Jurnal Riset Kimia. 3
(2): 139-144.
Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia. EGC, Jakarta.
Suminar. 1990. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar