KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dari mata kuliah Parasitologi. Shalawat dan salam kita sanjung sajikan
kepangkuan alam Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita pada perubahan
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Pada kesempatan ini, kami telah
menyelesaikan makalah yang berjudul “Trichomonas
vaginalis”.
Terimakasih kami
ucapkan kepada Pembimbing Mata Kuliah yang telah memberikan bimbingan dan arahan
hingga dapat menyelesaikan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, kami memohon maaf atas hal yang berkenaan. Demikianlah,
semoga bisa menjadi inspirasi dan pembelajaran lebih baik serta bermanfaat baik
bagi penulis maupun pembaca.
Darussalam, 30 September 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Distribusi Parasit Trichomonas
vaginalis
2.2 Habitat Trichomonas
vaginalis
2.3 Morfologi Trichomonas
vaginalis
2.4 Siklus Hidup Trichomonas
vaginalis
2.5 Penyakit Yang Dapat Disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
2.6 Cara Pencegahan yang Dilakukan Agar Tidak Terjangkit Trichomonas vaginalis
2.7 Cara Pengobatan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trichomonas
vaginalis adalah protozoa
parasit yang menginfeksi saluran urogenital baik perempuan dan laki-laki di
seluruh dunia. Trichomonas vaginalis
berbentuk seperti buah pir yang mendorong dirinya dengan empat flagel seperti
cambuk yang menonjol dari ujung depannya. Mikroorganisme parasit ini adalah
agen penyebab Trikomoniasis. Trikomoniasis yang disebabkan oleh T. vaginalis adalah yang paling umum infeksi
menular seksual (IMS) hari ini, dengan kejadian tahunan lebih dari 170 juta
kasus di seluruh dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari tiga
infeksi vagina yang paling umum pada wanita.
Lebih
dari delapan juta wanita Amerika Utara terinfeksi T.vaginalis. Organisme ini sekarang telah dikaitkan dengan risiko
lebih tinggi pada penularan HIV, dan diperkirakan bahwa parasit ini dapat
meningkatkan penularan HIV dari ibu ke
bayi. Dua puluh lima persen dari mahasiswa di Nigeria diuji positif untuk T.vaginalis dan 20% dari wanita hamil di
Amerika Serikat (AS) adalah biakan positif. Data ini mendukung prevalensi T. Vaginalis, karena dampaknya terhadap
ketuban pecah dini dan tingkat kelahiran yang rendah, T. vaginalis dianggap menjadi penyebab signifikan morbiditas
neonatal di Amerika Serikat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaiamanakah distribusi Trichomonas vaginalis ?
2.
Dimanakah habitat Trichomonas vaginalis?
3.
Bagaimanakah morfologi Trichomonas vaginalis?
4.
Bagaiamanakah siklus hidup Trichomonas vaginalis?
5.
Apa penyakit yang dapat ditumbulkan oleh
Trichomonas vaginalis?
6.
Bagaiamana pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui distribusi Trichomonas vaginalis
2.
Untuk mengetahui habitat Trichomonas vaginalis
3.
Untuk mengetahui morfologi Trichomonas vaginalis
4.
Untuk mengetahui siklus hidup Trichomonas vaginalis
5.
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang
ditumbulkan oleh Trichomonas vaginalis
6. Untuk mengetahui cara pencegahan yang
dilakukan agar tidak terjangkit penyakit dari parasit Trichomonas vaginalis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Distribusi Parasit Trichomonas
vaginalis
Parasit Trichomonas
vaginalis ditemukan pada manusia dan ditemukan secara kosmopolit, termasuk
Indonesia.
2.2 Habitat Trichomonas vaginalis
Hospes
dari Trichomonas vaginalis adalah
manusia. Parasit ini terdapat pada genital wanita dan pria, terutama ditemukan
pada saluran kencing kedua jenis kelamin tersebut. Wanita frekuensi lebih
banyak dijumpai daripada pria, dan penyakit ini bersifat kosmopolit.
Trichomoniasis adalah nama penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Wanita : vagina,
uretra
Pria :
uretra, epididimis, prostat
2.3 Morfologi Trichomonas
vaginalis
Trichomonas vaginalis hanya memiliki bentuk tropozoit, berukuran antara
15 -20x10 ยต, tidak berwarna dan bentuknya kuboid. Sitoplasmanya bergranula, terletak di sekitar custa dan
axostyle (kapak). Membran bergelombang, berakhir pada pertengahan tubuh flagella bebas.
Sitostoma tidak nyata dan hanya mempunyai nukleus.
Intinya berbentuk oval dan terletak
dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti terdapat blepharoblas sebagai tempat
keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung, di ujungnya
sebagai alat geraknya yang “maju-mundur”. Flagella kelima melekat ke undulating
membrane dan menjuntai kebelakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa
ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang
disebut sebagai axostyle. Vakuola, partikel, bakteri, virus, ataupun leukosit
dan eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di dalam sitoplasma. Trichomonas vaginalis ini memperoleh
makanan secara osmosis dan fagositosis. Makanannya adalah kuman-kuman dari
sel-sel vagina dan leukosit.
2.4
Siklus
Hidup Trichomonas vaginalis
Perkembangbiakannya
dengan cara berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan inti membelah
dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang
optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini dapat
berkembang mencapai jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki
bentuk kista. Sel-sel Trichomonas
vaginalis memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis.
Untuk dapat hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan
kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37˚C, hidup pada
pH 5,5-7,5. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan.
Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau di keringkan. Meskipun
penularan Trichomonas vaginalis secara
non-venereal sangat jarang, ternyata organisme dapat hidup beberapa jam
dilingkungan yang sesuai dengan ligkungannya.
Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara
sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran
bergelombang. Parasit ini mati pada suhu 50 0C, tetapi dapat hidup
selama 5 hari pada suhu 0 0C. Dalam biakan, parasit ini mati pada pH
< 4,9, (pH vagina 3,8 - 4,4) serta
tahan terhadap desinfektan dan antibiotik.
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui
dalam stadium Tropozoit yang memiliki ciri-cirinya sebagai berikut :
-
Bentuknya oval
atau piriformis.
-
Memiliki 4 buah
flagel anterior.
-
Flagel ke 5
menjadi axonema dari membran bergelombang (membran aundulant)
-
Pada ujung
pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan
diri pada jaringan sehingga menimbulkan iritasi.
-
Memiliki 1 buah
inti,
-
Memiliki
sitostoma pada bagian anterior untukmengambil makanan, perkembangbiakan dengan
cara belah pasang.
2.5 Penyakit Yang Dapat Disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
a)
Pada Wanita
-
Fluor Albus atau
keputihan
-
Adanya iritasi
akibat melekatnya parasit pada mukosa vagina akan menyebabkan radang vagina
(vaginistis) yang menyebabkan keluarnya cairan berlebih (keputihan) dengan
ciri-ciri :
-
Cairan sangat
kental
-
Berwarna kuning
kehijauan atau abu-abu serta berbusa dalam jumlah yang banyak
-
Kadang keputihan
disertai perdarahan
-
Bau tak sedap
-
Terasa sakit
jika organ intim ditekan
-
Jika kencing
menimbulkan rasa sakit
-
Menimbulkan
adanya borok atau luka pada sekitar kelamin
-
Peradangan pada
vulva dan servik
Jika
penyakit ini tidak segera terobati, maka akan menyebabkan bagian vagina
meradang dan juga servik atau yang disebut leher rahim atau bagian bawah rahim
yang digunakan untuk mengeluarkan bayi saat wanita melahirkan akan meradang.
-
Kemandulan
Ini
dia yang harus diperhatikan terkait dengan adanya penyakit ini, akibat dari
adanya keputihan dengan cairan berlebih, kental dan berisi parasit yang
berujung pada radang, akan menyebabkan berbagai masalah pada organ reproduksi
wanita yang berakibat kemandulan.
b)
Pada Pria
Penemuan secara
langsung Trichomonas vaginalis dengan
menggunakan mikroskop sukar pada genitalia pria atau sampel urin. Sebagian
besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila bergejala kebanyakan
berupa tubuh uretra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil sehingga
memberikan gejala sebagai uretritis non gonore.
Diagnosis dibuat dengan
menemukan organisme ini pada tubuh uretra dengan hapusan atau kultur atau
keduanya. Trichomonas vaginalis
menular melalui hubungan seksual meskipun masih diperdebatkan. Trichomonas vaginalis dapat hidup pada
objek yang basah selama 45 menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan,
baju, air mandi dan cairan tubuh. Penularan perinatal terjadi kira-kira 5% dari
ibu yang terinfeksi, tetapi biasanya sembuh sendiri dengan metabolisme yang
progresif dari hormon ibu. Infeksi Trichomonas
vaginalis mempunyai masa inkubasi selama 4-21 hari.
2.6 Cara Pencegahan yang Dilakukan Agar Tidak
Terjangkit Trichomonas vaginalis
-
Hindari
menggunakan pencuci vagina dengan semprot vagina (spray)
-
Kenakan pakaian
dalam dari katun agar mudah menyerap kelembaban, dan sirkulasi udara di sekitar
vagina terjaga. Pakaian yang tidak menyerap keringat akan menciptakan suasana
di vagina menjadi lembab dan tentu saja merangasang pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
-
Meski penampilan
terlihat seksi tapi sebisa mungkin hindari celana panjang super ketat karena
dapat menimbulkan rasa hangat dan lembab.
-
Ganti pembalut
sesering mungkin jika sedang mengalami haid.
-
Setia dan jangan
berganti-ganti pasangan untuk mencegah infeksi timbul kembali.
-
Jaga kebersihan
vagina baik sebelum dan sesudah behubungan seks.
-
Membasuh vagina
dengan bersih setiap kali membuang air besar dan keringkan dengan tisu.
-
Setelah buang
air besar, bilaslah dengan air dari arah depan ke belakang. Cara ini dapat
mencegah penyebaran bakteri dari arah anus ke vagina.
-
Jaga Organ intim
tetap bersih dan kering.
-
Jaga berat badan
ideal. karena kegemukan dapat membuat paha tertutup rapat dan membuat
lingkungan vagina lembab akibat kurang sirkulasi.
-
Mengkonsumsi
makanan sehat bergizi, jangan terlalu banyak mengandung gula dan tepung karena
dapat mempercepat pertumbuhan bakteri merugikan.
-
Hindari stress
karena daya tahan tubuh bisa menurun dan dapat mengundang infeksi.
-
Jangan lupa
olahraga teratur agar kekebalan tubuh terjaga.
2.7
Cara
Pengobatan
Telah ditemukan bahwa metronidazol
berhasil membunuh T. vaginalis, akan
tetapi penggunaannya selama kehamilan menjadi kontroversi karena dapat
menyebabkan mutagenesis dan bersifat karsinogen pada model yang digunakan dalam
uji laboratorium. Metronidazol tidak meningkatkan risiko lahir cacat pada janin
selama trimester pertama, sehingga metronidazol disarankan untuk digunakan
hanya selama trimester kedua dan trimester ketiga. Pengobatan selama kehamilan
pada wanita dan pasangan seksnya berpotensi untuk mencegah komplikasi kelahiran
prematur serta infeksi pada keturunannya, karena apabila pasangan seks tidak
mendapatkan pengobatan, maka wanita dapat terkena trikomoniasis kembali.
Tinidazole (2 gr dosis oral tunggal)
merupakan terapi minimal yang memiliki keunggulan lebih daripada metronidazole
untuk pengobatan trikomoniasis. Pada resistensi metronidazole, tinidazole
(dalam berbagai dosis) telah mencapai tingkat kesembuhan 90% dan lebih tinggi.
Perbedaan yang paling penting antara kedua obat ini yaitu tinidazole yang lebih
toleransi dan kurang toksik dibandingkan metronidazole, bahkan pada dosis yang
tinggi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa parasit yang menginfeksi saluran
urogenital baik perempuan dan laki-laki di seluruh dunia. Trichomonas vaginalis berbentuk seperti buah pir yang mendorong
dirinya dengan empat flagel seperti cambuk yang menonjol dari ujung depannya.
Mikroorganisme parasit ini adalah agen penyebab Trikomoniasis. Parasit
Trichomonas
vaginalis ditemukan pada manusia dan ditemukan secara
kosmopolit, termasuk Indonesia. Penyakit ini
juga merupakan salah satu dari tiga infeksi vagina yang paling umum pada wanita.
Sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila bergejala
kebanyakan berupa tubuh uretra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil
sehingga memberikan gejala sebagai uretritis non gonore.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Susanto, Inge dkk. 2008. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar