ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan dengan judul “Analisa Campuran” yang bertujuan untuk
menganalisis adanya ion kation dan anion yang terdapat dalam sampel. Prinsip
dari percobaan ini adalah analisa kualitatif. Hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah pada sampel yang ditambahkan larutan Na2CO3
menghasilkan larutan keruh dan endapan, pada uji Na+ filtrat
ditambahkan K2CrO4 dan H2O terjadi perubahan
warna menjadi kuning dan terbentuk endapan kuning pudar, pada uji K+
filtrat ditambahkan K3[Co(NO3)2] terbentuknya
endapan kuning dan pada uji NH4+ terjadinya perubahan
warna pada kertas lakmus dari warna merah menjadi biru, pada kertas lakmus biru
tetap menjadi biru dan ditambahkan NaOH lalu diaduk dengan batang pengaduk yang
sudah dicelupkan HCl pekat, dan terbentuklah gas H2. Kesimpulan dari
percobaan ini adalah dalam sampel positif mengandung kation golongan V yaitu Na+,
K+, dan NH4+.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Campuran adalah penggabungan dari dua zat atau lebih
yang berlainan menjadi satu zat fisik. Tiap zat dalam campuran ini tetap
mempertahankan sifat-sifat aslinya. Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa
fisika maupun kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama
pemisahan, sedangkan pemisahan secara kimia satu komponen atau lebih
direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik
pemisahan dari campuran bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang
terkandung didalamnya. Kertas saring biasanya dipakai untuk memisahkan endapan
atau padatan dari pelarut (Rival, 1995).
Analisa campuran digunakan untuk mengidntifikasi
keberadaan ion-ion baik kation maupun anion yang terdapat pada suatu campuran.
Metode untuk menganalisis suatu campuran dibagi menjadi 2, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif adalah analisa yang berhubungan
dengan identifikasi suatu zat atau campuran zat yang belum diketahui kandungan
didalamnya. Analisa kuantitatif adalah analisa yang menyangkut penentuan jumlah
zat tertentu yang ada pada sampel. Analisa kualitatif tidak menggunakan
beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan spesifik, namun kedua
pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis kation dan anion suatu larutan (Harjadi,
1996).
Percobaan ini dilakukan dengan analisa kualitatif
secara basah. Reaksi dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan warna,
suhu, gas dan terbentuknya endapan pada saat pencampuran larutan yang satu
dengan larutan yang lainnya. Suatu zat dapat diperoleh pada analisa campuran
dengan cara pemisahan. Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam kimia
karena materi yang terdapat di alam banyak berupa campuran. Oleh karena itu,
dilakukanlah percobaan ini untuk mengidentifikasi adanya kation ataupun anion.
Percobaan analisa campuran ini dilakukan dengan menggunakan sampel air sungai
dan Na2CO3.
1.2. Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengidentifikasi jenis-jenis anion dan kation dalam suatu sampel.
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah tabung reaksi, kertas saring, corong, batang pengaduk,
lampu spiritus, pipet tetes dan gelas kimia.
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah Na2CO3, HCl, H2O, NH4OH,
HNO3, KI, H2SO4, CH3COOH, K2CrO4,
H2S, KOH, HCN, Mg(NO3)2, Na2S,
NaOH, K4Fe(CN)6, NH4Cl, Pb(CH3COO)2,
C2H5OH, K2Cr2O7, (NH4)CO3
dan Na2SO4.
3.2. Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
Tabel
3.1. Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No.
|
Bahan
|
Berat
Molekul
(
g/mol )
|
Titik Didih
( ̊C )
|
Titik Leleh
( ̊C )
|
Tinjauan
Kemanan
|
1.
|
Na2CO3
|
106
|
851
|
853
|
Iritasi
|
2.
|
HCl
|
36,46
|
114,61
|
-27,32
|
Korosif
|
3.
|
H2O
|
18
|
100
|
0
|
Aman
|
4.
|
NaOH
|
40
|
139
|
3184
|
Korosif
|
5.
|
H2SO4
|
98
|
11
|
338
|
Korosif
|
6.
|
NH4OH
|
409
|
115
|
318
|
Korosif
|
7.
|
HNO3
|
63
|
120,5
|
-41,60
|
Korosif
|
8.
|
KI
|
166
|
13,25
|
-123
|
Iritasi
|
9.
|
CH3COOH
|
60,05
|
118,1
|
16,5
|
Mudah
terbakar
|
10.
|
K2CrO4
|
184
|
500
|
398
|
Iritasi
|
11.
|
KOH
|
56,12
|
1324
|
380
|
Korosif
|
12.
|
H2S
|
34,08
|
-60
|
82
|
Korosif
|
13.
|
HCN
|
27,09
|
25,6
|
-13,4
|
Mudah
terbakar
|
14.
|
Mg(NO3)2
|
148,3
|
330
|
88,9
|
Iritasi
|
15.
|
Na2S
|
78,04
|
Terurai
|
1180
|
Mudah
terbakar
|
16.
|
K4Fe(CN)6
|
368,35
|
400
|
69
|
Iritasi
|
17.
|
NH4Cl
|
53,491
|
520
|
38
|
Beracun
|
18.
|
Pb(CH3COO)2
|
276,19
|
331,2
|
200
|
Mudah
terbakar
|
19.
|
C2H5OH
|
46
|
78,5
|
-114,1
|
Mudah
terbakar
|
20.
|
(NH4)CO3
|
78,04
|
74
|
58
|
Mudah
terbakar
|
21.
|
Na2SO4
|
142,04
|
1100
|
888
|
Iritasi
|
22.
|
K2Cr2O7
|
294
|
500
|
398
|
Karsinogenik
|
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Uji Na+
Filtrat ditambahkan kalium oksalat dalam suasana alkohol
dan diamati apa yang terjadi, kemudian diencerkan dengan air dan diamati lagi.
3.3.2. Uji K+
Filtrat ditambahkan kalium kobalt nitrit dan diamati apa
yang terjadi.
3.3.3. Uji NH4+
Kertas lakmus dicelupkan ke dalam larutan. Perubahan
warna lakmus diamati. Filtrat ditambahkan NaOH dan dipanaskan, lalu batang pengaduk
diberikan diatasnya yang telah dicelupkan HCl pekat, diamati apa yang terjadi.
BAB
IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
|
Larutan keruh (filtrat)
|
Filtrat
dibagi 3
|
||
2.
|
Uji Na+
|
|
Filtrat +
K2CrO4 →
|
Larutan bening
|
|
Filtrat +
K2CrO4 + H2O
→
|
Larutan kuning pudar berendapan
|
|
3.
|
Uji K+
|
|
Filtrat +
K3[Co(NO3)2] →
|
Endapan kuning
|
|
4.
|
Uji NH4+
|
|
Filtrat +
kertas lakmus merah →
|
Berubah menjadi warna biru
|
|
Filtrat +
kertas lakmus biru →
|
Tetap berwarna biru
|
|
Filtrat +
NaOH + batang pengaduk yang telah dicelupkan HCl →
|
Terbentuk gas H2
|
4.2.
Pembahasan
Campuran adalah penggabungan dua zat
atau lebih yang dijadikan satu, sedangkan analisa merupakan proses
pengidentifikasian suatu zat. Sehingga, analisa campuran adalah proses
pengidentifikasian suatu zat yang belum diketahui bagian atau unsur apa saja
yang terkandung didalamnya. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu
campuran adalah metode analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa
kualitatif adalah analisa yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau
campuran zat yang belum diketahui kandungan didalamnya, sedangkan analisa
kuantitatif adalah analisa yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang
ada pada sampel (Harjadi, 1996). Percobaan ini dilakukan pengujian secara
kualitatif, dimana hanya melihat ada atau tidaknya anion dan kation yang
terdapat dalam suatu sampel.
Campuran dapat dibedakan atas dua,
yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah suatu
campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam fase yang sama, artinya
tidak dapat dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Contohnya garam
yang dimasukkan ke dalam air, garam perlahan akan menghilang dan membentuk
suatu zat baru yang berbeda dengan sifat dengan zat murninya. Campuran
heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat yang
memiliki fase yang berbeda, artinya zat-zat tidak tercampur secara sempurna
dengan zat lain sehingga dapat dibedakan larutannya. Contohnya adalah pasir
yang dimasukkan ke dalam air (Syukri, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendapan yaitu temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion sejenis,
pengaruh pH, pengaruh hidrolisis dan pengaruh ion kompleks. Kelarutan semakin
meningkat dengan naiknya suhu, sehingga jika suhu meningkat endapan akan
berkurang. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat, setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatu zat. Pengaruh ion sejenis
berkaitan dengan kelarutan endapan akan berkurang apabila dilarutkan dalam
larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dengan air saja. Pengaruh pH
berkaitan dengan kelarutan garam, endapan garam yang mengandung anion dari asam
lemah dipengaruhi pH dan ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion
endapannya. Pengaruh ion kompleks yaitu berkaitan dengan kelarutan garam yang
tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks
antara ligan dengan kation garam tersebut (Vogel, 1990).
Percobaan analisa campuran ini
menggunakan sampel (air sungai). Sampel tersebut kemudian ditambahkan dengan Na2CO3
yang menghasilkan larutan keruh dan kemudian disaring hingga didapat larutan
bening sebagai filtrat. Fungsi dari Na2CO3 adalah untuk
mengendapkan kation logam berat dan untuk mempertinggi kelarutan anion. Dengan
begitu, logam-logam berat akan terlarutkan sebagai garam karbonat dan anionnya
terlarut sebagai garam natrium yang mudah larut dalam air. Hal ini membuktikan
bahwa Na2CO3 telah mengikat kation dalam sampel. Selanjutnya,
filtrat dibagi menjadi tiga larutan untuk mengidentifikasi kation golongan V
atau sisa.
Percobaan ini dilakukan dengan
beberapa uji, yaitu uji Na+, K+ dan NH4+.
Perlakuan pertama dilakukan pengujian Na+ dengan mencampurkan
filtrat dengan kalium oksalat dan menghasilkan larutan bening yang kemudian
campuran tersebut ditambahkan dengan akuades dan menghasilkan larutan kuning
pudar berendapan. Perubahan menjadi keruh serta terbentuknya endapan menandakan
bahwa larutan tersebut positif mengandung ion Na+. Perlakuan kedua
dilakukan Uji K+, dimana filtrat direaksikan dengan K3[Co(NO3)2]
menghasilkan endapan berwarna kuning. Hal ini menandakan bahwa larutan tersebut
positif mengandung ion K+. Percobaan ketiga dilakukan pengujuan NH4+,
ketika filtrat dicelupkan dengan kertas lakmus merah warna lakmus merah berubah
menjadi warna biru dan ketika dicelupkan kertas lakmus biru warna kertas lakmus
tetap biru. Hal ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Selanjutnya,
filtrat ditambahkan dengan NaOH dan kemudian dimasukkan batang pengaduk yang
telah dicelupkan HCl pekat, menghasilkan gas H2.
Reaksi kimia selalu menghasilkan
zat-zat baru (campuran) dangan sifat-sifat baru, tetapi tetap mempertahankan
sifat aslinya. Ciri-ciri yang menunjukkan telah terjadinya suatu reaksi kimia
adalah terjadinya perubahan warna, suhu, gas dan terbentuknya endapan (Ibnu,
2004). Perubahan warna terjadi karena adanya kekosongan elektron pada sub kulit
orbital d, sehingga elektron berpindah ke sub orbital yang lebih tinggi. Ketika
berpindah ke sub orbital yang lebih tinggi, elektron menyerap energi yaitu
gelombang cahaya yang berupa cahaya tampak dan saat kembali keasalnya elektron
akan melepaskan energi berupa cahaya tampak pula, karena itulah larutan dapat berwarna.
Selanjutnya, terbentuk endapan ketika zat baru yang dihasilkan tidak larut atau
sukar larut dalam air. Endapan terbentuk jika harga Qsp > Ksp sehingga zat
sisa hasil raktan tidak dapat bereaksi dan membentuk endapan.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.
Sampel air
sungai yang ditambahkan dengan Na2CO3 menghasilkan
larutan keruh.
2.
Uji Na+,
filtrat yang ditambahkan dengan kalium oksalat menghasilkan larutan bening dan
terbentuk endapan ketika ditambahkan dengan akuades.
3.
Uji K+,
filtrat yang ditambahkan dengan kalium kobalt nitrit menghasilkan endapan
kuning.
4.
Uji NH4+,
filtrat yang dicelupkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan kertas
lakmus biru tetap biru serta menghasilkan gas H2 ketika filtrat
ditambahkan dengan NaOH dan diaduk dengan batang pengaduk yang telah dicelupkan
dengan HCl pekat.
DAFTAR
PUSTAKA
Harjadi,
W. 1996. Kimia Analitik Dasar.
Gramedia, Jakarta.
Rival.
1995. Kimia Analitik Dasar. Gramedia,
Jakarta.
Ibnu,
M. 2004. Kimia Analitik Dasar. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Vogel.
1990. Analisa Anorganik Kualitatif.
Terjemahan dari Qualitative Inorganic Analysis, oleh Pudjaatmaka. Erlangga,
Jakarta.
Syukri,
S. 1999. Kimia Dasar. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.